Cerpen Horor
hai semua!!!
kali ini aku mau nge post sebuah cerpen. sebenarnya sih aku baru belajar buat cerpen. jadi maaf yaa, kalau cerpen aku masih banyak kekurangannya. Kali ini aku mau nge post cerepn yang agak horor nih! selamat membaca teman
Mystery
of Bloody House
(oleh : Cindy Dwi Septiana S.)
Suatu senja aku menyusuri jalan
dengan alunan musik di telinga ku. aku sangat menikmati senja yang lembut
mengiringi ku. sampai akhirnya langkah terhenti. Aku melihat sebuah rumah besar
yang terlihat kuno. Bangunannya sangat unik. Di depan rumah itu aku melihat
sebuah taman yang amat luas dikelilingi oleh pepohonan yang amat besar. Aku
juga melihat seorang anak kecil sedang duduk di bawah pohon yang rindang itu,
mungkin anak itu adalah anak pemilik rumah yang besar itu. Aku sangat tertarik
untuk bisa berkunjung ke rumah itu. Tapi aku tersadar kalau ini sudah senja,
aku harus segera pulang sebelum paman mencari ku. Lalu aku pulang ke rumah.
Sesampainya aku di rumah aku
langsung menceritakan rumah itu ke paman dan bibi. “ paman tadi aku melihat ada
rumah besar dan unik di seberang desa. Itu rumah siapa sih paman?” tanya ku. “
apakah kau tadi masuk ke rumah itu?” tanya paman ku. “ tadi aku hampir mau
masuk tapi sayang sudah senja, jadi aku tidak jadi ke rumah itu.” Kata ku. “
huh, untunglah. Kau tidak boleh pergi kesana lagi. rumah itu berbahaya.” “
paman, kenapa rumah itu berbahaya?” “ rumah itu adalah milik sebuah keluarga
yang terbunuh selama 10 tahun silam. Bapak pemilik rumah itu mebunuh semua
keluarganya. Katanya ia membunuh keluarga nya karena depresi akibat hutang
dimana-mana. Jadi, banyak warga yang pernah melihat arwah gentayangan di rumah
itu, bahkan ada juga yang melihat darah keluar dari dinding rumah itu dan juga
banyak yang mendengar suara tangisan anak kecil di bawah pohon besar yang
mengelilingi rumah itu. “ hah anak kecil di bawah pohon? Tadi aku melihat anak
kecil sedang duduk di bawah pohon. Apa jangan-jangan itu..” kata ku dalam hati.
“ oh yaudah paman, bibi aku ke kamar dulu ya.”
Di dalam kamar aku hanya kebingungan
lantas siapa anak kecil yang ku lihat tadi? Hem.. waktunya aku berpetualang ke
rumah itu. Aku harus mencari tentang rumah itu. Jam sudah menunjukkan pukul
10.30 p.m aku harus segera tidur agar aku tidak bangun kesiangan.
“ kring...........” suara alarm
di handphone ku berbunyi, jam sudah menunjukkan pukul 6.30 a.m. Aku langsung
segera bergegas untuk mandi untuk melakukan investigasi ke rumah itu. “ paman,
aku pergi dulu yah. Aku mau jalan-jalan.” Kata ku. “ iya Intan hati-hati ya.”
Aku langsung segera pergi ke rumah itu menggunakan sepeda ontel paman ku.
akhirnya aku sampai di rumah itu. Aku melihat seorang perempuan tua sedang
duduk di kursi yang terdapat di teras lantai dua rumah itu. perempuan itu
sempat menoleh ke arah ku tetapi ia langsung segera masuk ke rumah. Aku semakin
kebingungan kata paman ku semua keluarga yang tinggal di rumah itu sudah
terbunuh 10 tahun silam. Tetapi aku melihat seorang ibu-ibu sedang duduk di
teras rumah lantai 2. “ apakah paman menipu ku supaya aku tidak ke rumah itu?”
gumam ku. Aku dibuat semakin penasaran saja. Lalu aku memasuki rumah itu. Baru
saja aku menginjakan kaki ku di depan gerbang tapi bulu kuduk ku sudah
merinding.
“ tap” seseorang menepuk pundak
ku dari belakang. “ arrrgggg” aku kaget setengah mati. Rasanya tadi jantung ku
mau copot. “ mau apa kamu ke rumah ini?” kata seorang lelaki tua kepada ku. “
hem, saya mau, mau lihat-lihat rumah ini aja kek.” Kata ku dengan mulut
bergetar. “ kamu tidak boleh kerumah ini. Rumah ini angker dan berbahaya. Tidak
ada seorang pun yang boleh masuk ke rumah ini. Kalau tidak, ia akan MATI.” Ucap
lelaki itu. Aku langsung menaiki sepeda
ku dan mengayuhnya dengan kencang sekali.
Saat aku merasa sudah jauh dari
lelaki tua itu, aku mengerem sepeda ku dan mampir ke sebuah warung untuk
membeli es teh dan semangkuk mie ayam. “ pak, mie ayam sama es tehnya satu ya.”
“ siap non.” Kata paman yang berjaulan mie ayam. “ ini non. Non warga baru ya di desa ini?”
tanya paman mie ayam sembari memberikan mangkuk mie ayam dan segelas es teh
yang terlihat sangat segar. “ enggak paman. Saya Cuma lagi liburan aja ke rumah
paman sama bibi aja. “ oh gitu ya non.”
Setelah aku selesai makan, aku
langsung mengambil sepeda ku dan mengayuhnya untuk pulang ke rumah. Saat aku
sedang mengayuh sepeda aku melihat seorang lelaki tua yang ketemui di rumah
besar misterius tadi. Tatapan lelaki tua itu sangat menakutkan. Tapi aku tidak
mau ambil pusing, aku langsung mengayuh sepeda ku lebih cepat lagi. Aku pulang
melewati rumah besar tadi. Saat aku melewati rumah besar itu tiba-tiba aku
dikejutkan oleh seorang anak kecil yang sedang menyebrangi jalan menuju rumah
misterius itu.
Awalnya aku tidak mau masuk ke
rumah itu, aku teringat oleh ucapan lelaki tua misterius tadi bahwa tak ada
seorang pun yang boleh masuk ke rumah itu. Tapi aku semakin penasaran, sebab
aku melihat seorang anak kecil masuk ke ruma itu dengan santainya. Lalu aku
mengikuti anak kecil itu dan masuk ke dalam rumah itu. Aku terus mengikuti
langkah anak kecil itu. Sampai akhirnya anak itu memasuki sebuah kamar. Saat
aku masuk kamar yang dimasuki oleh anak kecil tadi tapi aku kehilangan jejak.
aku tidak melihat ada anak kecil itu lagi di dalam kamar itu. Lalu aku
menyusuri kamar itu.
“ hah, apa itu?” aku dikejutkan
darah yang keluar dari dinding kamar. Bulu kuduk ku merinding. Lalu aku berlari
keluar dari kamar itu. Aku berlari tidak tentu arah, sampai akhirnya aku
berhenti di sebuah ruang keluarga. Di ruang keluarga itu aku melihat sebuah
foto keluarga yang besar yang tertempel di dinding. “ loh, itukan laki-laki
yang kulihat di depan gerbang? Siapa dia sebenarnya? Apa dia ada hubungannya
dengan peristiwa 10 tahun silam?” gumam ku. “ keluar kamu!” teriak seseorang.
Saat aku menoleh ke arah belakang ternyata itu adalah teriakan seorang lelaki
tua misterius yang ku lihat di gerbang tadi. “ kamu sudah saya bilang tapi
kenapa kamu tidak mengerti juga? Kamu akan tau akibatnya.” Kata lelaki tua itu.
“ ampun kek, saya ngga bermaksud.” Kata ku dengan nada yang sangat ketakutan. “
kamu rasakan akibatnya sendiri.” Kata lelaki tua itu. “ sebenarnya kakek siapa?
Kok ada foto kakek di bingkai foto itu?” tanya ku. “ saya adalah pelakunya.”
Jawab kakek itu. “ maksudnya apa kek?” “ ya, saya yang sudah membunuh keluarga
saya. Saya melakukan itu karena ketidaksengajaan. Saya khilaf.” Kata kakek itu
sambil menangis. “ karena kejadian 10 tahun silam kakek pernah di
penjara.Setelah kakek keluar dari penjara tidak ada warga yang mau menerima
kakek. Bahkan mereka ingin membakar rumah kakek. Hanya rumah itu yang kakek
punya.
“ lalu suara tangisan anak
kecil yang biasa terdengar di bawah pohon besar yang ada di depan gerbang dan
darah yang keluar dari dinding?” tanya ku kepada lelaki tua itu. “ itu semua
adalah buatan ku. aku membuat rekaman suara tangisan anak kecil di bawah pohon
dan aku juga mengaliri air yang sudah ku campur dengan cat merah dari atap agar seolah-olah darah keluar dari
dinding. Makanya banyak yang bilang rumah ini adalah rumah berdarah. Aku
melakukan semua itu supaya warga takut dan mengurungkan niatnya untuk membakar
rumah ini. Karena aku tak tahu, aku tidak punya siapa-siapa lagi hanya rumah
ini yang ku punya.” Kata kakek itu.
“ lalu anak kecil yang sering
ku lihat berlari di sekira rumah ini apakah itu perbuatan kakek juga?” “ apa
kau bilang anak kecil? Aku tidak pernah merencanakan hal itu.” Jawab kakek itu.
Lantas siapa anak kecil yang
sering kulihat berlari di sekitar rumah ini? Saat aku menoleh ke arah belakang
aku melihat seorang anak kecil sedang tersenyum dan melambaikan tangan kepada
kami. “anak ku?”
Komentar
Posting Komentar